"Tu...Tunggu, Magnolia..! KITA AKAN SEGERA MENABRAK ISTANANYA!!!!"
PRAAAAAAANGGG
Kaca-kaca patri berwarna-warni indah beterbangan di sekitar mereka. Banyak penjaga istana yang kaget dengan pecahnya kaca istana mereka yang besar. Sebagian berlarian ke arah Yuu, sebagian lagi menyelamatkan orang-orang yang dilihat dari cara berpakaiannya, merupakan para tamu istana.
Rose sudah tidak tahan dengan semua ini, "Magnolia, sebenarnya apa yang kau lakukan? La, lagipula, tempat apa ini??", tidak ada jawaban dari Magnolia. Kali ini emosi Rose benar-benar diluar batas, "JAWAB AKU MAGNOLIA..!", "Awas!!"
Muncul wanita berambut blonde panjang menyerang Magnolia dari belakang Rose. Magnolia dengan gesit loncat dan berusaha menendang wanita itu. Wanita itu berhasil menyingkir dari kaki Magnolia yang sudah pas berada di sisi kiri wajah wanita itu.
"Apa kau tidak diajarkan tata krama untuk datang ke rumah sesorang melewati pintu, Magnolia?", wanita blonde itu mengeluarkan tombak berwarna kekuningan yang sangat elegan. Ia menyerang Magnolia, "Aku tidak ada waktu untuk itu." Magnolia juga mengambil pedangnya untuk menangkis tombak wanita blonde itu.
Kami berempat hanya bisa diam sambil berusaha melindungi diri. kami berlindung di sisi pojok istana. Tubuh Yuu tiba-tiba menyusut. Terus menyusut dan menjadi.....Anak laki-laki kecil!
Tanpa mempedulikan keempat anak yang cuma bisa menganga melihat perubahannya barusan, secepat kilat ia meloncat ke tengah-tengah Magnolia dan wanita blonde. Ia mengeluarkan dua pisau kecil dari bajunya dan menghalau kedua wanita itu dari dua sisi.
"Hentikan! Kalian kekanak-kanakan." Magnolia dan wanita blonde segera menghentikan pertengkaran mereka. "Sesekali seperti ini tidak apa-apa kan, Yuu haha..", wanita blonde itu masih membalas.
Yuu tidak mengindahkan wanita itu, ia melihat ke keempat anak yang sedang ketakutan dipojokkan istana, "Yang lebih penting, siapa keempat anak itu?" Menyadari dirinya yang bertanggung jawab, Magnolia segera membuka mulut, "Aku hanya mengikuti sesuai ramalan 'buku itu', tentang 4 anak dari dunia lain yang pertama terlihat," mata Magnolia mengobservasi keempat anak itu, "Tapi dilihat dari keadaan mereka, sepertinya aku salah membawa--maafkan aku, El."
El, entah siapa nama panjangnya, adalah nama si wanita blonde tadi. Rambutnya yang rapih sepanjang bahu terlihat berkilau keemasan. Ia memakai baju yang sama dengan Magnolia. Poros badannya tinggi -- sedikit melebihi Magnolia. Meski begitu, wajahnya terlihat jauh lebih hidup dan lebih bercahaya dari Magnolia. Dilihat dari sikapnya yang cukup seenaknya dengan Magnolia, wanita ini bisa tergolong dekat dengan Magnolia....dan pastinya sangat mahir dalam bertarung.
"Tidak apa-apa sihh. Tapi berhubung kau yang membawanya, hidup keempat anak itu menjadi tanggung jawabmu, ya.", "Iya." jawab Magnolia singkat dan dingin.
Magnolia mendatangi kami dengan gagah--yang sebenarnya justru membuat kami lebih ketakutan lagi. Ia menatap lekat-lekat muka Rose yang kebetulan berada di paling depan saudara-saudaranya, "Dengar baik-baik, kalian. Saat ini kalian belum bisa kembali ke dunia kalian..." tatapan mata Magnolia tidak berpindah sama sekali dari muka Rose, "Untuk itu, selama kalian berada di dunia ini, akulah yang akan bertanggung jawab atas kalian..."
Deg
Kenyataan itu justru membuat kami semakin merinding. Mengingat pengalamannya tadi, dimana Magnolia benar-benar hampir membunuh kami. Itu pun Magnolia tidak ada usaha sama sekali untuk menolong.
Untungnya El langsung memutus kata-kata Magnolia, "Hei Magnol, jangan memasang wajah seram ke orang awam begitu, dong. Mereka kan belum tahu apa-apa." El mendekati kami. Berbeda dengan Magnolia yang dingin, pembawaan El yang santai dan hangat membuat kami merasa lebih tenang.
"Kalian tenang saja, kami tidak akan melukai kalian", El melanjutkan, "Yah...meskipun tadi ada sedikit kekacauan, aku minta maaf. Aku tidak menyadari kalau ada kalian di pojokkan tadi." El tersenyum. "Oya, karena dalam beberapa waktu ini kalian akan hidup di dunia ini, ada beberapa hal yang harus kalian ketahui tentang dunia ini" El membalikkan badan dan mengayunkan tangan kepada kami semua, "Ikut aku."
***
Lorong-lorong istana ini begitu megah dan mewah. Di berbagai sisi lorong-lorong itu terlihat banyak benda-benda abstrak yang menghiasi lorong tersebut. Jendela-jendela lonjong besar yang memberi kesan misterius yang futuristik berbaris sepanjang lorong-lorong tersebut. Cahaya matahari senja bisa saja menerobos melalui jendela-jendela itu. Warna ruangan yang mewah itu melebur bersama cahaya senja itu hingga seolah berwarna keemasan.
Belum selesai menikmati pemandangan-pemandangan indah itu, El mengajak kami masuk ke sebuah ruangan di sisi kanan lorong. Ruangan ini terasa seperti, seolah-olah tidak sembarang orang boleh memasukinya. Bentuk-bentuk lingkaran sangat mendominasi ruangan ini. Ruangan ini sempit dan kosong, kalau seandainya tidak ada patung megah yang bediri di tengah-tengah ruangan ini.
Patung itu terlihat sangat misterius, ancient, namun kokoh. Dua wanita merupakan figur dari patung itu. Wanita dengan rambut pendek wavy yang seperti sedang duduk. Lalu, bajunya yang panjang berkibar menyatu dengan baju wanita satunya yang berdiri. Ia menengok keatas, rambutnya panjang dan tiap-tiap helai rambutnya dipahat dengan teliti hingga terlihat sangat rumit. Di tangan wanita itu, ada pahatan tongkat yang dipegangnya.
"Mereka berdua ini adalah pelindung kami, The Goddesses" Mata El menerawang ke arah patung itu, seperti seolah-olah ada memori didalam patung itu. "Ehem, maaf, mungkin lebih baik kau saja yang menjelaskan kepada mereka, Magnol."
"Cih..", Magnolia terlihat tidak terlalu suka untuk menjelaskan sesuatu, ia menggaruk rambutnya, "Jadi, yang sebenarnya terjadi, kalian baru saja mengalami perjalanan antar dimensi.", ia menengok ke arah sebongkah peralatan aneh, "Dengan alat itulah, kami bisa pergi ke dimensi kalian. Sayangnya, mungkin baik kekuatan sains dan sihir kami belum kuat, sehingga alat itu hanya bisa dipakai sekali dan seketika itu juga rusak."
Marryle terlihat interest dengan alat canggih itu, "Maksudmu, alat itu semacam Teleport Machine, begitu?""Semacam itu", tukas Magnolia.
Canggih.
Itulah deskripsi yang tepat untuk dunia ini.
"Kulanjutkan, kalau dimensi ini dikaitkan dengan dimensi kalian, maka era kami berada pada masa purba, dimana peradaban manusia barulah berjalan."
"Ka..kalau begitu, disini kita masih bisa bertemu dengan Homo Sapiens, dong?"
"Tidak.", "Pada periode evolusi antara Homo Sapiens dan manusia terjadi 'missing link'. Belum ada ilmuwan pada zaman kalian yang berhasil menemukan evolusi pada periode yang hilang itu. Dan pada periode yang belum kalian temukan itulah, ada masa kehidupan kami."
"Tunggu.. jadi di sini tidak ada satwa monyet dong?" sela Marryle sembarangan sambil menirukan perilaku hewan tersebut. "Kan manusia berasal dari monyet, dan kau bilang, sebenarnya kalian manusia yang datang dari Neo.."
"Betul kok. Jadi hewan yang kau maksud itu memang adanya di Neo," jawab El.
Kami cukup kaget dengan kenyataan itu. Bayangkan, kami mendapat suatu kenyataan tentang sesuatu yang bahkan ilmuwan di dunia kami belum menemukannya. meskipun... ada tentang monyet.
Ini Hebat!
Namun, Alle menemukan kejanggalan, "Tunggu! Ini aneh! Kalian bilang, kalian baru pertama kali menggunakan Teleport Machine itu, dan kenapa kalian sudah mengetahui banyak hal tentang dunia kami? Padahal kedatangan Magnolia ke dunia kami tadi benar-benar hanya beberapa menit."
"Semua keterangan tentang dunia kalian tercantum di dalam 'buku itu'", jawab Yuu.
Kami semua tersentak.
Saking diamnya dia, kami bahkan tidak menyadari kalau dia ikut bersama kami dari tadi.
Rose mencoba tenang, "Okee, sekarang kami sudah mengetahui hubungan antara dimensi dunia ini dengan dimensi dunia kami. Lalu patung ini...pastinya penting kan, hingga ditaruh di dalam ruangan private begini?"
"Soal itu....", "Stop, biar aku yang menjelaskan", El memotong pembicaraan Magnolia.
"Di dimensi kami, planet ini dinamai Fala, kalau kalian, Bumi ya kalau tidak salah?", kami mengangguk. Di belakang El, Magnolia terus bersungut-sungut sebal karena pembicaraannya dipotong El.
"Ya, pada awalnya kami tinggal di planet yang disebut Neo. Dulunya, planet Fala masih sangat asri dan kuno, bahkan tidak ada manusia di planet Fala. Berbeda dengan planet Neo yang sudah memiliki peradaban manusia dan sudah futuristik. Lalu, saat teknologi Neo sudah cukup canggih, ilmuwan-ilmuwan kami menemukan Planet Fala sebagai tempat yang jauh lebih bagus untuk ditinggali, apalagi mengingat keadaan alam di planet Neo sudah hampir gersang.
"Beberapa manusia berpindah ke planet Fala untuk melihat-lihat, namun akhirnya banyak yang memutuskan untuk tinggal dan hidup di planet Fala. Udara, gravitasi, dan segala energi yang ada di planet Fala tidak berbeda jauh dengan planet Neo, sehingga mudah bagi manusia untuk beradaptasi. Lalu berkembang biaklah manusia-manusia itu.
"Sekitar 50 tahun kemudian, diantara seluruh umat manusia, lahirlah mereka.." El mendongakkan wajahnya kearah patung The Godesses, "2 anak perempuan yang lahir di saat yang bersamaan, namun berbeda tempat. Sejak kecil, kedua gadis ini sering dianggap aneh oleh orang-orang disekitar mereka, karena mereka mempunyai kemampuan spesial....melihat masa depan."
Glek
Entah cerita-cerita ajaib ini benar-benar harus kami telaah atau tidak. Karena semakin lama, bukannya semakin mengerti, kami justru semakin pusing. Orang-orang disekitar kami seperti sedang menceritakan khayalan-khayalan antah-berantah mereka.
El menyadari keempat anak itu sudah terlalu bingung, ia segera mempersingkat penjelasannya, "Pada intinya, karena kemampuan mereka yang langka itulah, banyak orang-orang yang menjauhi mereka karena takut. Mereka bahkan dicap sebagai penyihir.
"Tapi diluar dugaan, saat mereka dewasa mereka boleh disebut pahlawan. Mereka yang menyelamatkan umat manusia dari serangan Shade. Mereka mengalahkan para Shade dengan men-Sacrafice diri mereka sendiri. Sejak saat itu, mereka menjadi pelindung kami, seluruh planet Fala dan mendapat sebutan The Goddesses."
El tersenyum, "Ok, selesai. Maaf kalau kalian bingung, tapi seiring berjalannya waktu kalian pasti akan mengerti, kok."
Marryle ragu-ragu, namun akhirnya ia memutuskan untuk bertanya, "Maaf, sebelumnya, boleh tahu apa itu Shade?"
El dan Magnolia saling berpandang muka, lalu tersenyum tenang misterius, "Nanti kalian akan tahu, kok."